Friday, October 17, 2014

PLN Divisi Lampu

Kesibukan dihari-hari akhir masa SMA yang dilanjut dengan hari-hari awal kuliah di UI, membuat saya nyaris tak pernah lagi membuka-blog apapun, baik update blog sendiri, lebih-lebih blog orang lain. Ketika saya membaca  "IdeKu Untuk PLN", tepat di hari terakhir periode pendaftaran lomba. 17 Oktober 2014, yaitu malam ini! OMG...kebuuut.... smoga terkejar....


Ketika membahas PLN - yang terbayang dibenak adalah listrik - dan ketika bicara listrik Yang muncul pertama kali adalah penerangan (ketika listrik mati - yang dicari masyarakat pertama adalah lilin, sebagai sumber penerangan) - dan ketika bicara penerangan yang muncul berikutnya adalah Lampu. Maka kesimpulan sederhana saya, - PLN adalah Lampu! (as simple as that???)


Ketika tulisan lain membahas tentang PLN secara luas, kali ini saya cukup membahas PLN yang berkaitan dengan penerangan alias divisi lampu.

Bapak Bambang Dwiyanto, selaku Manager Senior Komunikasi Kporporat PLN, dalam Program Blogger Bicara PLN  menyatakan bahwa Negara akan maju jika PLN maju, maka jika ingin negara maju seluruh masyarakat harus mendukung kemajuan PLN, kata beliau.

Setuju!
Sebab PLN sebagai penyedia listrik untuk kebutuhan berbagai aktivitas, mulai rumah tangga, perkantoran, pabrik, kampus dan sekolah-sekoleh bahkan tempat kursus sangat menjadi kebutuhan utama, bahkan listrik sudah masuk kategori kebutuhan dasar untuk kehidupan manusia. Kalau dalam bahasa saya, PLN adalah penyedia penerangan di tanah air. Tanpa PLN, gelap-lah negara ini...

Lalu, banggakah PLN sudah mampu menerangi negeri?

Ketika malam datang, lampu-lampu  memenuhi selaksa penjuru kota dengan lautan cahaya-nya, baik  yang berasal dari lampu-lampu dari dalam rumah penduduk maupun gedung-gedung lain, keindahan warna warni itu ternyata menimbulkan polusi baru, polusi cahaya.

Istilah polusi cahaya merujuk pada suatu keadaan cahaya berlebih, baik dari sumber-sumber alamiah maupun dari sumber-sumber buatan, yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan. Dalam kondisi normal, polusi cahaya banyak ditimbulkan oleh sumber-sumber cahayabuatan, misalnya dari lampu penerangan jalan, lampu-lampu reklame, lampu dekorasi, lampu taman, lampu dari stadion olahraga, lampu penerangan luar, dan lain-lain, yang umumnya akibat penggunaan sistem penerangan yang tidak tepat.

Pencahayaan yang tidak tepat umumnya menyebabkan terhamburnya cahaya ke atas (ke arah langit) secara percuma, sehingga cahaya terbuang secara sia-sia. Karena itu, terjadinya polusi cahaya biasanya merupakan indikator dari pemborosan energi.

Polusi cahaya sendiri sendiri, sebenarnya menimbulkan dampak yang tidak sesederhana itu, ada beberapa dampak yang bisa langsung dirasakan,  antara lain:

1. Dampak astronomi, yang paling dirugikan dalam polusi cahaya adalah para astronom yang merasa kesulitan dalam melihat situasi benda langit terutama malam hari. Langit yang terang akibat sinar lampu, tidak dapat memberikan pemandangan atau petunjuk yang jelas akan suatu bintang. Perbedaan antara kondisi langit terang dengan langit yang gelap ditunjukkan pada gambar di atas.

Gambar sebelah kiri adalah kondisi dimana langit gelap dan tidak terkontaminasi dengan polusi cahaya, sehingga kita bisa dengan jelas melihat rasi bintang orion. Sedangkan gambar sebelah kanan, dimana langit begitu terang akibat terhalang oleh polusi cahaya, sehingga kita tidak bisa melihat bintang.

2. Dampak bagi Hewan. Pada jenis burung tertentu, suatu waktu mereka akan berpindah tempat (migrasi) ke daerah yang lebih hangat lalu kembali ke tempatnya semula. Nah, burung-burung ini menggunakan magnet bumi sebagai petunjuk jalan (kompas) bagi keperluan navigasi mereka serta rasi bintang dan cahaya bulan sebagai petanya. Perjalanan yang harus mereka tempuh itu saaaangat jauh, yaitu antar benua, dan jaraknya bisa ratusan kilometer. Dalam perjalanannya, cahaya bintang dan bulan lah yang menjadi guide bagi burung-burung tersebut, so bayangkan, kalau sampe sinar bintang ame bulannya tak tampak. Bukan hanya burung,  serangga pun demikian .

Sebuah studi di Amerika (Bosscha, ITB) menyatakan, bahwa rata-rata setiap lampu jalan di malam hari dapat membunuh seranggasebanyak 150. Berarti kalau satu tahun, 150X30 hari = 4500X12 = 54.000 ekor serangga yang mungkin akan mati dalam waktu satu tahun akibat lampu di jalanan. Jika ada 50 lampu di daerah itu, berarti ada 2.700.000 ekor serangga yang terbunuh dalam satu tahun. Ini masih hitungan dalam satu daerah, bagaimana kalau di seluruh kota, negara, dan duniaaa.

3. Dampak bagi manusia. saya pernah dengar kalau tidur itu lebih sehat jika lampu dimatikan, ternyata hal ini ada hubungannya dengan siklus hormon kita. Terangnya cahaya malam akan membuat siklus hormon manusia sedikit berubah, dan perubahan ini akan berdampak pada kesehatan serta psikologis manusia.

Cahaya yang berlebih juga dapat mengakibatkan kita kesulitan tidur dan cahaya yang menyilakukan bisa berdampak kurang sehat pada penglihatan kita. Sebenarnya terang dan gelap di siang dan malam hari juga diperlukan manusia untuk mempertahankan produksi hormon yang sehat, menjaga jam tubuh sebagai jalannya fungsi bagi sel dan aktivitas otak.

Lalu, bangga-kah PLN dengan peran-nya sebagai sumber dari Polusi cahaya?

Tulisan ini bukan bermaksud menyalahkan PLN sebagai sumber polusi cahaya.

Sebagai Divisi lampu, saya (pura-puranya)  hanya berpikir apa yang bisa saya sumbangkan sebagai bagian dari PLN, sebab, menurut saya nih... rasanya sudah bukan saat-nya lagi PLN habis uang untuk iklan di televisi yang isinya sekedar himbau-menghimbau, "matikan listrik jika tidak terpakai," "hemat listrik untuk anak-cucu" atau yang

sejenisnya. Sekarang harus diciptakan sistem yang akan membuat orang berhemat tanpa perlu banyak "cakap". Caranya?

Dengan sistem komputasi yang sudah canggih, harusnya bisa diciptakan program yang membuat lampu-lampu mati dengan sendiri-nya ketika pemiliknya tidur, atau ketika tidak ada orang di ruangan itu. Untuk lampu jalanan, harus diciptakan sistem yang membuat lampu meedup dengan sendirinya, ketika malam sudah larut dan tak ada lagi manusia beraktifitas.

Bisakah ini terjadi? Tentu saja bisa, bahkan di beberapa negara Eropa, beberapa taman sudah seperti "taman hantu" tadinya gelap, begitu kita datang, menyala, dan setelah kita lewat mati lagi... artinya,  sudah banyak  diberlalukan lampu 'ajaib' seperti ini.

Sumber CNN mengatakan, Eropa membayar lebih dari 10 billion Euro, setiap tahun untuk lampu jalanan, ini 40% dari tagihan energi pemerintah. Karena itu diciptakalah teknologi lampu cerdas yang menyala sesuai "permintaan". Artinya, lampu hanya menyala ketika seseorang akan datang,dan kembali meredup setelahnya.  Bahkan pengembangannya teknologi ini juga akan membedakan derajat penerangan untuk hewan kecil seperti kucing dan tikus, sehingga akan menghindati penerangan yang tidak perlu.

Daripada terus menghimbau dan mengjhimbau hemat listrik...kanapa tidak dimulai dari PLN- senidiri, untuk menciptakan sistem yang membuat kami (masyarakat awam) otomatis menjadi hemat listrik. Lampu-lampu di rumah akan mati, jika pemiliknya tidur. Kalau perlu sosialisasi lebih dulu...saya siap membantu! Kalau masih belum bisa juga....dilomba-kan saja seperti kali ini...pastilah banyak anak negeri yang muncul dengan ide-ide brilyan untuk menciptakan sistem hemat listrik....







http://anny.blogdetik.com/2014/09/25/ideku-untuk-pln-sosialisasi-rutin-bersama-masyarakat/

http://ghiefitria.blogspot.com/2012/07/polusi-cahaya-pudarnya-sinar-di-langit.html

http://bosscha.itb.ac.id/en/informasi-polusi-cahaya-layanan-61.html

http://edition.cnn.com/2013/07/18/tech/innovation/tvilight-street-lamps-roosegarde/

http://www.pln.co.id/blog/mengejar-bayangan-yang-melelahkan/

2 comments:

brillie said...

artikel PLN Divisi Lampu ini sangat menarik dan menginspirasi.

Ternyata banyak sekali ya masukan dari blogger untuk membuat PLN lebih baik.

Postingan ini diikutkan lomba blog Ideku untuk PLN ya?

Good luck ya

Shila Sawangan said...

Ide tulisannya bagus,,,, Perkenalkan saya, Idrus Dama
Blogger Muslim Gorontalo
www.cahayapena.com