Friday, August 2, 2013

Pulau Yang Mencerdaskan

Menurut beberapa literature, pengetahuan yang diperoleh langsung dilapangan sering membekas dan membentuk pola pikir seseorang.  Pengetahuan tersebut akan  mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan memiliki rasa peduli terhadap sesuatu, juga tentang konservasi di  bumi ini.

Ber-ribu puja tentang keindahan Pulau Seribu dari kacamata para wisatawan , tulisan ini coba membidik Pulau Seribu dalam pandangan anak SMA, khususnya anak KIR, yang melihat bahwa Pulau Seribu tidak saja indah, tapi juga penuh dengan hal-hal yang mencerdaskan dan penuh pengetahuan.

Dalam Science Camp, saya dan tim FOSCA (Forum Of SCientist teenAgers)  yang merupakan kumpulan KIR  (Kelompok Ilmiah Remaja)  tingkat SMA  Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)  merasakan bahwa sepulang dari Pulau Pramuka di Kepulauan Seribu  saya benar-benar mendapat banyak ilmu. 

Dua link berikut adalah upaya saya untuk membagi ke’cerdas’an yang saya dapat  di pulau seribu- kepada jejaring world wide di Eco-Tunza Generation, 

Ketika Pembina FOSCA  K Nurdin, memilih  Balai Konservasi Alam Zona Wilayah III- Pulau Pramuka Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu sebagai tempat tujuan Science camp, saya belum tahu apapun tentang Pulau Seribu (apalagi Pulau Pramuka) . Yang saya tahu, kegiatan science camp merupakan kegiatan untuk membekali anggota KIR dengan pelatihan dasar penelitian. Dimana dalam kegiatan ini peserta diperkenalkan oleh beberapa metode penelitian, mengumpulkan dan memproses data penelitian, dan mempresentasikan hasil yang didapat diakhir acara.  Maka ketika Pulau Pramuka yang dipilih, saya percaya penuh pada kakak Pembina, bahwa pasti banyak positif di Pulau tersebut. 

Hari masih jelang subuh, ketika kami sudah harus berangkat dari Planetarium TIM  sebagai titik kumpul menuju dermaga Muara Angke, untuk mengejar kapal yang berangkat pagi.  Aroma ikan yang menusuk di Muara Angke sempat membuat hati kecil saya ‘mengkeret’, meragukan seperti apa nanti di Pulau Pramuka, jika dermaga Muara Angke-nya seperti ini. Tapi pertanyaan itu, saya pendam saja dalam hati.

Secercah matahari pagi perlahan mengusir kegalauan di  hati saya.  Terpaan angin laut  perlahan mulai memunculkan keindahannya.  Penuhnya penumpang kapal yang  tadi terasa menyiksa mulai hilang saat menyaksikan birunya air laut  yang mulai tertangkap mata.  Keindahannya mampu menghalau ketidaknyamanan yang sesaat tadi sempat ada. 


Setiba kami di dermaga Pulau Pramuka. Kamipun mulai dibagi perkelompok dan mendapat pengarahan tentang Science camp dan berbagai agenda yang akan kami dapat selama kami di Pulau ini. Singkat kata, inilah cerita yang membuat saya berkesimpulan bahwa Pulau Pramuka, selain indah, juga mencerdaskan.

Pertama, tempat penangkaran Penyu sisik atau Eretmochelys imbricate.
Tempat pertama yang kami datangi adalah tempat penangkaran Penyu Sisik.  Penyu yang juga dikenal dengan nama hawksbill turtle memang memiliki kemiripan paruh dengan paruh burung elang yang tajam dan meruncing namun dengan bentuk rahang yang agak besar.  Warna dan bentuk cangkang dari penyu ini cukup unik, yaitu berbentuk seperti sisik yang tersusun secara teratur dan  bernilai tinggi karena menjadi bahan dasar pembuatan perhiasan atau aksesoris. Warna karapas penyu sisik yang bervariasi dan cantik menjadi salah satu alasan utama perburuan penyu sisik.



Sekilas tempat penangkaran ini tidak terlalu luas. Di dalam bagunan kayu dengan jendela dengan kawat ada 12 bak biru berukuran sekitar 2×1 meter tempat penyu-penyu sisik di letakkan. Antara penyu yang masih kecil dengan usia sekitar 3 bulan dipisahkan dengan penyu yang sudah agak  besar. Di sisi kanan terdapat beberapa botol berisi cairan bening dengan isinya tukik-tukik yang sudah mati. Disamping bangunan itu ada tempat penetasan telur penyu. Masih dibangunan ini ada kolam tempat penyu-penyu cacat dipisahkan dari yang sehat.
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya  bahwa Penyu sisik juga berperan penting dalam ekositem laut. Diperkirakan penyu sisik mengkonsumsi sponge hingga 1000 pon atau sekira 450 kg per tahun. Dengan jumlah ini tentu peran penyu sisik cukup signifikan dalam mengendalikan laju pertumbuhan bunga karang yang dapat mengganggu pertumbuhan terumbu karang. Karena konsumsi utama penyu ini bunga karang, daging penyu sisik bersifat beracun dan dapat membahayakan bagi manusia. Selain bunga karang, penyu sisik juga mengkonsumsi alga, hewan-hewan kecil seperti udang, moluska, cumi-cumi dan lainnya.

Banyak hal yang saya  catat dari tempat ini, beberapa diantaranya :
1.         Proses pengambilan telur penyu untuk kemudian ditetaskan di media pasir sebagaimana habitat aslinya.
2.         Telur yang sudah menetas (+ 55 hari)  kemudian dibesarkan dalam berbagai bak-bak penangkaran.
3.         Berbagai tukik dipelihara dan dirawat dalam berbagai ember besar dengan diberi pakan berupa daging dan ikan.
4.         Setelah dipelihara dan dirawat hingga cukup umur, maka penyu  akan dilepaskan di tepi pantai, ke laut lepas, dengan asusmsi sudah dianggap bisa menghindarkan diri dari berbagai predator.

Penangkaran ini penting untuk menjaga keseimbangan habitat penyu Sisik. Walaupun jarang ditemukan nelayan yang memperjualbelikan penyu Sisik dan telurnya, namun habitat penyu ini sudah terganggu dengan keberadaan pulau-pulau yang menjadi tempat wisata.
Syukurlah bahwa di tempat penangkaran yang sederhana dan tidak terlalu luas ini, ribuan telur penyu berhasil diselamatkan hingga menetas menjadi tukik yang kemudian siap dilepas ke laut. Tercatat pada tahun 1995—dengan bantuan sebuah lembaga Jepang—terdapat sekira 10 ribu  ekor penyu yang berhasil dilepasliarkan ke laut. Hingga kini, rata-rata per tahunnya (sedikitnya) 3500 tukik berhasil dihantar ke laut sebagai habitat aslinya.

Kedua, wahana konservasi Elang Bondol
Setiap hari saya menyaksikan Elang bondol (Haliastur indus) berseliweran di jalan-jalan di Jakarta, bukan dalam wujud burung tapi dalam bentuk gambar yang menempel di bus TransJakarta.  Burung yang nampak perkasa itu ternyata juga diambang kepunahan, nasibnya tidak segagah gambar besarnya.


Elang bondol atau dalam nama ilmiahnya adalah Haliastur Indus adalah spesies dari genus dari Haliastur. Burung Elang Bondol berukuran sedang (45 cm), berwarna putih dan coklat pirang. Elang bondol yang remaja berkarakter seluruh tubuh kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga.Ujung ekor bundar.Iris coklat, paruh dan sera abu-abu kehijauan, kaki dan tungkai kuning suram.Ketika dewasa,karakter tubuhnya adalah,kepala, leher, dada putih. Sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang. Kontras dengan bulu primer yang hitam.

Makanannya adalah, hampir semua binatang, hidup atau mati.Di perairan, makanannya berupa kepiting, dan di daratan memakan anak ayam, serangga, dan mamalia kecil. Sarang berukuran besar, dari ranting pada puncak pohon. Telur berwarna putih, sedikit berbintik merah, jumlah 2-3 butir.

Survei populasi Elang bondol pada 2004 yang dilakukan oleh Jakarta Animal Aid Network (JAAN) mengungkapkan bahwa satwa di Kepulauan Seribu ini hanya tersisa 15 ekor saja. Jumlah ini pun semakin berkurang karena adanya penangkapan yang dilakukan oleh warga sekitar akibat kurangnya pengetahuan konservasi terhadap Elang bondol. Dalam rangka rehabilitasi, JAAN melakukan pelepasliaran kembali elang bondol di Kepulauan Seribu. Ini adalah satu-satunya habitat alami yang tersisa di Jakarta.

Di Pulau Pramuka, saya  melihat keberadaan Elang Bondol dalam sebuah sangkar besar yang terbuat dari net. Menurut penuturan penjaga konservasi, elang-elang yang ada adalah hasil penyitaan oleh negara dan JAAN (Jakarta Animal Aid Network), yang akhirnya dialihkan perawatannya ke Pulau ini.

Sebelumnya, keadaan elang-elang tersebut lebih menyedihkan. Ada yang sayapnya patah, bulu sayapnya ada yang sudah rontok bahkan ada juga yang jari kakinya putus. Semua ini disebabkan oleh para pemeliharanya terdahulu. Mereka ingin burung ini tidak lagi dapat terbang, dan dapat dipelihara di halaman rumah mereka.

OMG! Pekik batin saya dalam hati.
Elang yang sebenarnya satwa liar itu, bukankah lebih indah jika disaksikan dialam terbuka oleh semua yang ingin menatap kegagahannya, justru terancam punah oleh tangan-tangan manusia juga, yang begitu ingin memilikinya secara pribadi.
Di kawasan Pulau Pramuka yang saya lihat,  burung yang terkenal buas ini dirawat dengan baik. Perawatan dilakukan  hingga Elang bondol ini akan dilepas-liarkan kembali jika sudah siap hidup di alam, sudah bisa mencari makanannya sendiri secara alami, dan kondisi bulunya bagus.

Elang bondol termasuk satwa yang yang hampir punah karena  tingkat reproduksi memang rendah, jenis hewan ini, tidak mau bereproduksi jika di dalam kandang.
Selain program pemulihan dan pelepasan ke alam, program yang diusung TNKpS adalah kampanye dan penyuluhan tentang penyelamatan elang bondol.

Menyaksikan elang bondol di Pulau Kotok memberikan pemahaman betapa pentingnya melestarikan alam Indonesia. Elang bondol yang diambang kepunahan seakan memberi wawasan kepada Anda untuk selalu menjaga pelestarian lingkungan bumi Indonesia.

Pembibitan mangrove dan indahnya  terumbu karang
Setelah puas menikmati berbagai pengetahuan baru tentang satwa di Pulau Pramuka, pada bagian pesisir pantai, kami disuguhi dengan pepohonan  bakau yang tumbuh dengan baik. Bakau yang berfungsi sebagai penahan abrasi pantai dan resapan air laut, pohon yang mempunyai nama lain manggrove ini menjadi dekorasi indah di sekitar tepi pantai di Pulau Pramuka.


Dibagian luar bangunan ada tempat pembibitan mangrove yang nantinya jika sudah siap akan ditanam di pantai bagian belakang pulau pramuka yang lokasinya hanya beberapa meter dari lokasi tempat pemeliharaan penyu ini.

Pembelajaran masih akan berlanjut. Kali itu, kami bersiap untuk  menuju Pulau Semak Daun, pulau yang terletak sebelah utara dari Kepuauan Seribu, kira-kira setengah jam dari Pulau Pramuka.  Tempat ini terkenal karena pantai berpasir putih,  bersih dan landai, tidak jauh dari pulau Semak Daun terdapat titik yang bagus untuk menyelam dan snorkeling. Di sanalah kami akan menikmati sajian bawah laut yang sudah terkenal keindahannya. 




Dengan menggunakan baju pelampung, sepatu katak, masker dan snorkle saya  bisa melihat keindahan terumbu karang berwarna-warni secara langsung dan ikan-ikan hias yang berenang di terumbu karang juga sangat indah. Pengalaman yang  tak terlupakan. 
.
Sebagai penutup, banyak  perjalanan wisata mengandung kenangan indah yang tak terlupakan. Nah, di Kepulauan Seribu, kenangan yang terukir tidak saja indah, tapi penuh dengan pembelajaran yang  mencerdaskan, yang  layak untuk di sebarluaskan kepada banyak komunitas. 

Kepada teman-teman yang belum sempat berkunjung ke Kepiulauan seribu, siap-siap cadangankan waktu dan sisihkan dana untuk mendapat kenangan yang mencerdasakan. 


Semoga, bermanfaat.









No comments: