Saturday, January 30, 2016

Difable tak (selalu) perlu dibantu

tributeto Stephanie Kusuma Rahardja



Keterlibatan  saya dengan difable dimulai tiga tahun lalu.  Mei 2013, saat itu saya merasa bangga dan beruntung bisa presentasi  satu panggung bersama  Stephanie Kusuma Rahardja dalam konferesi dunia 4th Session Global Platform on Disaster Risk Reduction di Geneva, Swiss. Kami berbagi cerita tentang Indonesia Safe Schools. Stephanie tentang gempa Yogya, saya tentang SchoolaTourRahmi.  Global Audience yang hadir saat itu nampak sangat antusias. Sepertinya sih bukan karena presentasi saya, tapi karena kehadiran,  Stephanie, perempuan muda tuna rungu, yang begitu penuh percaya diri 'bercerita'  tentang  Sharing of experiences DRR in schools from children perspective. 

Jika lembaga besar seperti UNISDR (United Nation International Strategy for Disaster Reduction) sudah memberi ruang buat para difable, bagaimana dengan kondisi di sekolah-sekolah, apakah sudah ramah difable?