Saturday, November 12, 2016

Yakin #IndonesiaMakinDigital?




Yuk liat sekeliling, saat ini  mulai dari jam tangan, jam meja, juga jam di mesjid-mesjid, lalu CD, televisi, buku, termometer, timbangan apalagi telepon, semua sudah digital. Tidak saja untuk kalangan yang melek teknologi, dikalangan rumah tangga, atau di rumah sakit, bahkan di warung semua sudah terjangkiti wabah  produk digital. Untuk anak kuliahan seperti ku, hmmmm..... sudah ga perlu dibahas panjang lagi.  Handphone dan perangkat baca sudah digital semua.  Tapi apa bener #IndonesiaMakinDigital???  Dibanjiri produk digital... iya....

Saat ini banyak pengguna hp merasa sudah ber-internet-an jika sudah punya fb atau twitter (skrg plus instagram) sementara di negara lain, penggunaan internet lebih luas dari itu. Termasuk penggunaan situs-situs berbahasa inggris, karena ketika sudah berada dalam komunitas international, saya (pribadi) merasa harus kerja smart and hard untuk bisa  bersanding dengan teman-teman dari bangsa lain.

Lucky me,  ....  SchoolaTourRahmi dengan konsep program  mempopulerkan "we are talking about technology not a gadget"  pada anak-anak di berbagai sekolah dasar, berbuah manis.  Akupun semakin meyakini bahwa Telkomsel benar-benar tak henti untuk memajukan anak negeri.  "Ikatan" aku dan Telkomsel yang selama ini ada, terjalin semakin mesra. Ehmmmm.....
Ini cerita tentang hari-hari Telkomsel yang telah membawaku menjadi bagian dari komunitas dunia....   

2005, awal mula 'karir' ku adalah saat terpilih menjadi  Delegasi Konferensi Anak "Hemat Energi" majalah Bobo. Setelah acara itu, aku sempet merasa sudah 'hebat'. Bisa bersama dengan teman-teman lain yang juga hebat, ketemu Menteri ESDM bahkan diundang ke Istana, bertemu dengan Presiden (saat itu)  SBY. 


2011 dengan support Telkomsel dan speedynya, aku  terus berupaya mencintai lingkungan, dan aktif dalam forum-forum International. Sampailah aku  pada  Asia Pacific Environmental Youth Forum... dimana pada acara ini.... aku  seperti tak ada apa-apanya... teman-teman dari berbagai bangsa, bertemu dan berkumpul dengan kapasitas masing-masing...yang ternyata....Hebat-hebat!! Dari forum ini aku sadar bahwa, aku harus lebih banyak belajar lagi!!  


2013  Aku terpilih sebagai Speak Magazine Ambassador... saat itu aku  kembali merasa 'wah'. Bisa menjadi the best diantara yang the best... tapi pergulatan di dunia tak pernah berhenti. Jika sudah berada di forum-forum international, seperti di Cambodia, Turki, Swiss dan  Geneva,  aku lagi-lagi  kembali merasa 'belum' apa-apa... lagi-lagi harus belajar dan ekstra smart and hard juga.

Dari sedikit pengalaman yang aku rasakan, aku tidak ingin adik-adik-ku merasakan hal yang sama. Mereka harus segera ter-dedah- dengan dunia luar, sejak dini. Dengan internet semua dimungkinkan.

So, kembali ke awal tulisan diatas, diantara produk digital yang spektakuler, memang internet. Dengan kekuatan "net"nya-- interlink yang ada menjadi seperti tak berjarak.

Dengan nternet pula, aku bisa merasa besar --- dan seketika juga merasa tak ada apa-apa-nya.
Ini yang ingin terus aku  sebar  dengan SchoolaTourRahmi, yang di support Telkomsel, aku ingin mereka tidak mengejar "gadget" tapi we're talking about technology. Agar  mereka tidak saja gemar ber-medsos tapi bisa berkaca diri...bahwa ternyata kita  harus berlari terus mengejar ketertinggalan diri dari bangsa-bangsa besar lain.

Mengutip infografic  yang bagus dan menarik ini, aku justru lebih tertarik untuk menggali datanya.
http://ceritajengyuni.blogspot.co.id/2016/10/membangun-indonesia-melalui-teknologi-informasi-dan-komunikasi.html 


ASIA nampak mencolok sebagai pengguna internet paling tinggi, tentu saja, karena memang penduduknya juga paling banyak. Jika di breakdown lagi, Indonesia, pasti juga tinggi, karena memang penduduknya banyaaaaak....

Maka, dari sudut pandangku, idealnya  perbandingan pengguna - di sejajarkan dengan jumlah penduduk negara tersebut.  Jadi, selain disejajarkan dengan bangsa lain, kita bisa liat, berapa persen jumlah pengguna dinegara tersebut, dibanding dengan jumlah penduduk total.

 Sebagai pelaku 'pasar' aku  lebih tergiur untuk mengintip apa yang ada di Philipina, dengan jumlah  penduduk yang tidak terlalu besar (dibanding Cina - India dan Indonesia) tapi mereka  (khususnya generasi sepantaran-ku) bisa hebat-hebat dan tampak 'brilyan' jika sudah berkumpul dalam sebuah forum international.Tentu saja, banyak juga warga Indonesia yang sudah hebat. Tapi jika dibanding dengan jumlah penduduknya yang ratusan juta....rasanya kok kurang ya...

Salah satu cara yang menurut ku  bisa efektif, adalah mengajak generasi muda (adik-adik usia sekolah dasar) agar sedini mungkin dikenalkan untuk menggunakan internet  dengan lebih bijak. 




Sebagai penutup, Program SchoolaTourRahmi  adalah salah satu bentuk untuk meng'Net' kan anak-anak muda secara masif di berbagai sekolah. Sehingga anak-anak sejak SD sudah terbiasa bersanding dengan bangsa-bangsa lain di dunia... Sudah bisa bersahabat, berdialog dan menjalin kerjasama. Dunia ini indah...apalagi jika dijalin dengan semangat silahturahmi...  

Dengan menggunakan wifi IndiSchool  produk Telkomsel, mudah-mudahan  #IndonesiaMakinDigital bisa lebih dari segi kualitas,  tak hanya kuantitasnya saja. Semoga!!



Thursday, November 10, 2016

Memotret Pembangunan Lingkungan Hidup Indonesia

   Hai, namaku Anggi. Aku lahir di Kalimantan, yakni tempat yang terkenal dengan hutan tropisnya. Ayahku pernah menjadi biolog. Sejak kecil aku dan adik-adikku sering dikenalkan dengan aneka flora dan fauna. Ketika aku berusia 8 tahun, aku dan keluarga pindah ke Kedungwuni, Pekalongan, Jawa Tengah. Aku senang tinggal di Pekalongan karena tempat ini asri sekali.
            Aku dan teman-temanku suka bermain di sawah. Kadang kala kami suka berlarian mengejar kupu-kupu atau capung. Dahulu aku sangat bangga dengan Indonesia. Kata orangtuaku, Indonesia itu Zamrud Khatulistiwa. Indonesia merupakan negeri tercinta yang memiliki pesona keanekaragaman alam dan budaya.


Berdasarkan berbagai sumber, aku menemukan beberapa fakta menakjubkan mengenai Indonesia. Terdapat 300.000 jenis satwa liar dan 515 jenis mamalia hidup di sini (terbanyak di dunia).  Indonesia menjadi habitat dari sekitar 1539 jenis burung. Sebanyak 45% jenis ikan di dunia, hidup di lautan negeri ini. Hutan bakau di Indonesia merupakan yang paling besar di dunia, dimana keseluruhan hutan bakau di Indonesia berjumlah 25% dari total hutan bakau yang ada di dunia.

Apakah kekayaan ini benar-benar menjadi aset bangsa?
Apakah kekayaan alam ini sudah dijaga dipelihara dengan baik?

           Pada 11-16 Juli 2016 aku berkesempatan untuk melakukan penelitian mengenai bakau di Pulau Seribu. (Dokumentasi penelitian aku dapat dilihat di web ASEAN ini http://blog.aseankorea.org/?p=1874 )Selain sebagai pelindung dari abrasi, hutan bakau memiliki banyak manfaat. Hutan bakau menyediakan manfaat dalam proses kimiawi termasuk dalam melakukan penyerapan terhadap gas emisi yang berasal dari udara dan air laut. Hutan bakau juga menjadi salah satu tempat atau sumber penghasilan utama bagi nelayan disekitar garis pantai. Hutan bakau menjadi salah satu tempat yang paling baik untuk berbagai jenis mahluk hidup. Ada 9.36 juta hektar hutan bakau yang tersebar di Indonesia. Beberapa area mangrove yang luas berada di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
diunduh dari www.mongabay.co.id
     Sayangnya,menurut laporan The Jakarta Post tahun 2012, 48% hutan bakau termasuk dalam kategori “rusak” dan 28% “rusak parah”. Itu artinya yang masuk kategori baik, hanya  24%. Jika kesadaran pentingnya hutan bakau tidak meningkat, kondisi kerusakan bakau berpotensi menjadi lebih parah. Kerusakan hutan bakau di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia. Seperti adanya perubahan hutan bakau menjadi sarana pemukiman maupun industri.  
      Aku gemas, kadang ulah manusia yang menimbulkan kerugian bagi lingkungan hidup kadang berasal dari perilaku yang sering dianggap sepele. Sebagai contoh, kebiasaan membuang sampah sembarangan.   
diunduh dari : www.4muda.com
      Berdasarkan data Jambeck (2015) dan Natgeo (2016), Indonesia berada di peringkat kedua dunia sebagai penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton. Percuma saja mengagung-agungkan Indonesia sebagai negara maritim atau negara Zamrud Khatulistiwa, jika membuang sampah pada tempatnya saja tak mampu. Sampah plastik menimbulkan banyak masalah jika tidak dibuang pada tempat yang tepat. Sampah plastik yang berukuran besar dapat menutup terumbu karang, sehingga menganggu proses pernafasan terumbu karang. Dalam kasus ekstrem akan berakibat pada terjadinya kematian karang dan bahkan gangguan pada keseluruhan ekosistem terumbu karang. Sampah plastik yang berukuran mikro (microplastic) yang di dasar perairan berupa marine debris, juga menimbulkan masalah.Ukurannya yang kecil, membuat marine debris mudah dimakan oleh biota air, sehingga akan masuk ke dalam alat pencernaan, dan selanjutnya akan mengganggu sistem pencernaan sembari menyumbang bahan berbahaya dan beracun.

gambar ini didesign oleh Mirza Rose Tazkiya
diunduh dari https://baizulzaman.wordpress.com
     Perilaku buruk manusia terhadap lingkungan hidup tidak hanya merugikan biota laut tapi juga mengancam biota darat. Indonesia semula merupakan negara yang memiliki hutan hujan tropis terluas di dunia. Kini, luasan hutan terus menyusut akibat deforestasi. Data Global Forest Watch dan Forest Watch Indonesia mengungkap bahwa sepanjang tahun 2009 hingga 2013 saja, Indonesia kehilangan hutan seluas 4,6 juta hektar. Hutan hujan tropis Indonesia menjadi rumah bagi ribuan jenis keanekaragaman spesies. Maka wajar saja apabila Indonesia disebut sebagai Megabiodiversity Country. Daratan Indonesia hanya mencakup 1,3% daratan bumi, tetapi Indonesia memiliki 10 % tumbuhan dunia, 12 % mamalia, 16% reptil dan amfibi, 17 % burung (Collin et al.1991). Hutan hujan tropis Indonesia menstabilkan iklim dunia dengan cara menyerap kabrbon dioksida dari atmosfer. Manfaat lainnya adalah mencegah erosi, menyediakan air dan oksigen.

       Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan hidup, pemerintah telah mengadakan beberapa program.Program-program tersebut cukup baik meski ada beberapa aspek yang masih belum efektif. Berikut kritik dan saran yang saya paparkan terhadap beberapa program pemerintah:
     Apresiasi
     Salah satu upaya pemerintah dalam mendorong masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang asri dan lestari adalah dengan memberikan apresiasi berupa penghargaan terhadap orang, kelompok, kota dan sekolah yang telah melestarikan lingkungannya.
Berikut merupakan penghargaan-penghargaan lingkungan yang dipersembahkan oleh pemerintah:

  1.  Kalpataru adalah penghargaan yang diberikan kepada orang atau kelompok yang berjasa dalam pelestarian lingkungan hidup di Indonesia.
  2. Adiwiyata adalah penghargaan yang diberikan kepada sekolah-sekolah yang berhasil mendidik siswanya menjadi orang yang cinta dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
  3. Adipura  adalah penghargaan untuk kota di Indonesia yang berhasil dalam mengelola kebersihan dan pelestarian lingkungan.
  Kritik dan saran
     Sayangnya pemberian penghargaan ini belum sepenuhnya efektif. Sebagai contoh, penilaian Adipura oleh tim pemantau sering menuai pertanyaan, antara lain karena kriteria penilaian tidak jelas dan adanya periode waktu penilaian, sehingga perubahan dan proses yang dilakukan suatu kota tidak terpantau karena ada kota yang hanya bersih dan inovatif saat tim pemantau hadir di kota tersebut hingga kota tersebut mendapatkan penghargaan Adipura. Setelahnya, kota tersebut kembali kotor dan tidak terawat.
     Sebaiknya dalam sistem penilaian program pemerintah terkait penghargaan lingkungan seperti Adipura juga melibatkan opini masyarakat sebagai salah satu komponen penilaian. Masyarakat yang sehari-hari tinggal, hidup dan merasakan tempat yang menjadi kota penilaian Adipura tentu lebih tahu kondisi kotanya sendiri. Masyarakat bisa menilai apakah kota tempat tinggalnya benar-benar pantas mendapatkan Adipura ataukah kota tersebut seketika berubah menjadi bersih dan ramah lingkungan hanya ketika masa penilaian saja. 

Represi
         Pemerintah telah merancang undang-undang untuk mengatur hukuman bagi mereka yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan. Salah satu contohnya adalah UU No. 05 tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati beserta Ekosistem nya merupakan undang-undang yang melindungi satwa yang dilindungi. Sayangnya jumlah penjualan satwa dilindungi, cukup tinggi.
          Perdagangan satwa liar menjadi ancaman serius bagi kelestarian satwa liar Indonesia. Lebih dari 95% satwa yang dijual di pasar adalah hasil tangkapan dari alam, bukan dari hasil penangkaran. Lebih dari 20% satwa yang dijual di pasar mati akibat pengangkutan yang tidak layak. Berbagai jenis satwa dilindungi dan terancam punah masih diperdagangkan secara bebas di Indonesia. Semakin langka satwa tersebut semakin mahal pula harganya. Saat ini jumlah satwa liar Indonesia yang terancam punah sebanyak 147 jenis mamalia, 114 jenis burung, 28 jenis reptil, 92 jenis ikan dan 28 jenis invertebrata (IUCN,2003). Satwa-satwa tersebut benar-benar punah dari alam jika tidak ada tindakan untuk menyelamatkannya.

Kritik dan saran
     Menurut saya, hukuman terlalu difokuskan pada pelaku yang menjual satwa yang dilindungi. Seharusnya pembeli satwa yang dilindungi juga dikenakan sanksi. Dengan adanya sanksi bagi pembeli satwa yang dilindungi, maka jumlah pembeli akan berkurang. Jika jumlah pembeli menurun, maka penjual akan merugi. Jika merugi, maka satwa liar tidak lagi diburu.

       Preventif
       Pemerintah telah menetapkan undang-undang untuk mengatur perilaku masyarakat supaya ramah lingkungan. Dalam tata negara, pemerintah sendiri sudah mencantumkan tentang sampah pada pengelolaan sampah dalam ketetapan Undang-undang No. 18, tahun 2008. Pada BAB IX, pasal 29, ayat 1, huruf e, yaitu membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan.  Adapula PP No. 81/2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Sayangnya undang-undang diatas belum diimplementasikan dengan baik.
    Tasdyanto Rohadi (Ketua Umum Ikatan Ahli Lingkungan Hidup Indonesia), survei terhadap tingkat pemahaman UU 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang sudah berlaku lebih dari 10 tahun menunjukkan 15 % masyarakat sebuah kota memahami UU tersebut dengan baik. Sebagian besar lagi, yaitu 25 % mengetahui judul tanpa mengetahui substansi pengaturan dengan baik. Yang menyedihkan adalah, sisanya, 60 % masyarakat kota tersebut tidak mengetahui judul dan substansi pengaturan dengan baik, dan hal ini menunjukkan bahwa cara menyelenggarakan kebijakan kepada masing-masing segmen tersebut membutuhkan cara dan strategi yang berbeda. UUPPLH yang sangat bernuansa ilmiah dan akademis hanya akan mampu dipahami oleh komunitas rasional. Hanya sayangnya komunitas rasional di perkotaan tidak lebih dari 30 %, bahkan di desa-desa, komunitas rasional tidak melebihi dari 5 %. (AgusAdianto,2009:http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/index.php?ac-id=NjkzMw==).

Kritik dan saran
     Dalam mensosialisasikan undang-undang seputar lingkungan hidup atau kiat-kiat menerapkan program ramah lingkungan pemerintah bisa semakin giat membuat sosialisasi melalui iklan media TV atau media massa. Mengingat peringkat minat baca Indonesia dalam data Worlds Most Literate Nations berada di urutan 60 dari 61 negara, sebaiknya pemerintah tidak terlalu banyak menggunakan program sosialisasi yang terlalu textual atau ilmiah. Pemerintah bisa melakukan pendekatan dengan komunitas untuk mensosialisasikan program ramah lingkungan dengan cara-cara seru dan asyik. Berikut beberapa saran saya:

1.     Edukasi dengan Permainan
Cara ini efektif bagi anak-anak. Berdasarkan penelitian Program Kreativitas Masyarakat (PKM) saya dan tim, tingkat pemahaman anak-anak mengenai sosialisasi undang-undang yang diterapkan pemerintah akan meningkat 20% jika disosilisasikan melalui media yang menghibur.


2.     Edukasi dengan Musik.
Tidak hanya anak-anak yang menyukai hal-hal menghibur, remaja dan dewasapun suka! Cara seru dan menghibur untuk target masyarakat yang remaja dan dewasa dapat dilakukan dengan pendekatan musik. Menciptakan lagu yang memiliki lirik yang mengedukasi dapat menjadi salah satu alternatif untuk mensosialisasikan program pemerintah.



Tapi,

Sehebat apapun upaya sosialisasi dari pemerintah, seberat apapun hukuman yang diberikan, tidak akan berjalan jika tanpa didukung oleh kesadaran masyarakat. Ayo kita cintai Indonesia dan lindungi alamnya! 









Ubah sampah menjadi berkah :)




Referensi:
BAPPENAS. 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020: IBSAP: Dokumen Nasional. Badan Perencanaan Pembangunana Nasional; Jakarta.
Collins, N. M., J. A. Sayer, T. C. Whitmore. 1991.  The Conservation Atlas of Tropical Forests. Asia and The Pacific. Macmillian Press Ltd; London.
Ewusie, J. Y, 1990. Ekologi Tropika. Membicarakan Alam Tropika Afrika, Asia Pasifik dan Dunia Baru. Penerbit ITB; Bandung.
Gamlin, L., A. de Rohan, 1996. Mysteries of The Rain Forest. Reader Digest; London.
Ghazoul, J. and D. Sheil. 2010.  Tropical Rain Forest Ecology, Diversity, and Conservation. Oxford University Press; New York.
Jambeck et.al. 2015. Plastik waste inputs from land into the ocean. Sciencemag Vol 347 Issue 6223. 13 Februari 2015
Safwan al., 2005. Sistem Pengelolaan Limbah Plastik di Indonesia. Jurnal Tek. Lingkungan. P3TL-BPPT.
What We Know About : Plastik Marine Debris. http://marinedebris.noaa.gov/info/plastik.html
                                                                                                                                             
Adianto, Agus. 2009. Online,http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/index. php?ac-id=NjkzMw==.
Anonime,2010:http://www.duniaesai.com/direktori/esai/42-lingkungan/231-waspadai-pelaksanaan-uu-pplh-no-32-tahun-2009.html.
Anonime, 2009. Online, http://www.esdm.go.id/berita/migas/40-migas/3197-implikasi-uu-no-32-tahun-2009-terhadap-industri-migas-nasional.html.